Senin, 10 November 2014

MAKALAH SISTEM OTOT



BAB I
PENDAHULUAN

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot. Dalam makalah ini, dengan tujuan akhir pada penjelasan lengkap tentang proses di balik kontraksi otot, akan dibahas dahulu mengenai zat-zat kimia penyusun filamen-filamen tebal dan tipis yaitu aktin dan miosin.
Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka. Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung dan usus. Otot Lurik (otot rangka).
Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan. Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini merupakan otot paling istimewa karena memiliki bentuk yang hampir sama dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lirik memiliki satu atau dua nukleus yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya otot yang memiliki percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni involuntary (tidak disadari).
Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel sel yang serabut otot. Selama perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor dengan ekor dari banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Di dalam sel serabut otot ini terdapat unit kontaksi berupa protein yang trerdiri atas miofibril-miofibril. Miofibril ini merupakan kumpulan dari lapis tebal (miosin) dan lapis tipis (aktin) (Syaifuddin: 1997).


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Otot
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi) (Kartolo S. Wulangi: 2000).
2.2. Terminologi Otot Pembentuk Tubuh Manusia
Terminologi (bahasa Latin: terminus) atau peristilahan adalah ilmu tentang istilah dan penggunaannya.
Menurut letaknya otot tubuh dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut:
1.      Otot bagian kepala
2.      Otot bagian leher
3.      Otot bagian perut
4.      Otot bagian anggota gerak atas
5.      Otot bagian anggota gerak bawah

1.      Otot Bagian kepala

Gambar 2.1 : Otot Bagian Kepala
Otot bagian kepala dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
1.      Otot pundak kepala, yang dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu:
a.       Muskulus frontalis, yang berfungsi mengerutkan dahidan menarik dahi mata
b.      Oksipitalis, terletak dibagian belakang yang berfungsi menarik kulit kebelakang
2.      Otot wajah , yang dibagi menjadi sub-sub sebagai berikut:
a.       Otot mata dan otot bola mata sebanyak 4 buah
b.      Muskulus obliges okuli/ otot bola mata yang terdapat disekeliling mata yang berfungsi memutar mata
c.       Muskulus orbicularis okuli/ otot lingkar mata yang terdapat di sekeliling mata, yang berfungsi sebagai penutup mata.
d.      Muskulus levator palpebra superior, terdapat pada kelopak mata yang fungsinya menarik, mengangkat kelopak mata keatas pada waktu membuka mata.
3.      Otot mulut/ bibir dan pipi, yang terbagi atas:
a.       Muskulus triangularis dan muskulus orbikularis oris/ otot sudut mulut, yang berfungsi menarik sudut mulut kebawah.
b.      Muskulus quadratus labii superior/ otot bibir atas yang mempunyai origo pinggir lekuk mata menuju bibir atas dan hidung.
c.       Muskulus quadratus labii inferior, terdapat pada dagu yang merupakan kelanjutan pada otot leher. Fungsinya adalah menarik bibir kebawah atau membentuk mimik muka kebawah
d.       Muskulus buksinator, yang memebentuk dinding sampai rongga mulut, fungsinya menahan makanan waktu mengunyah.
e.       Muskulus zigomatikus/ otot pipi, yang berfungsi untuk mengangkatdagu mulut keatas waktu senyum.
4.      Otot pengunyah, yang terbagia atas:
a.       Muskulus maseter, yang berfungsi mengngkat rahang bawah pada waktu mulut terbuka
b.      Muskulus temporalis, yang berfungsi menarik rahang bawah ketas dan kebelakang
c.       Muskulus pterogoid internus dan eksternus, yang berfungsi menarik rahang bawah kedepan.
5.      Otot lidah, yang terbagi atas:
a.       Muskulus genioglosus, yang berfungsi mendorong lidah kedepan
b.      Muskulus stiloglosus, yang berfungsi menarik lidah keatas dan kebelakang

2.      Otot bagian leher

Gambar 2.2 : Otot Bagian Leher
Otot bagian leher dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1.      Muskulus platisma, trdapat di samping leher menutupi sampai bagian dada. Fungsinya menekan mandibular, menarik bibir ke bawah dan mengerutkan kulit bibir.
2.      Muskulus sternokleido mastoid, terdapat di samping kiri dan kanan leher yang berfungsi menarik kepala kesamping kiri, kanan, dan memutar kepala.
3.      Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis kapitis, ketiganya terdapat dibelakang leher dengan fungsi untuk menarik kepala belakang dan menggelengkan kepala.
3.      Otot bagian perut

Gambae 2.3 : Otot Bagian Perut
Otot ini terdiri ata:
1.      Muskulus abdominalis internal (dinding perut)
2.      Linea alba, yaitu garis tengah dinding perut
3.      Muskulus abdominalis eksternal
4.      Muskulus obliqus eksternus abdominis
5.      Muskulus obliqus internus abdominis
6.      Muskulus tranversus abdominis

4.      Otot tungkai atas
Otot tungkai atas mempunyai selaput pembungkus yang sangat kuat dan disebut fasia lata yang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1.      Otot abductor, yang terdiri dari:
a.       Muskulus abduktor maldanus sebelah dalam
b.      Muskulus abduktor brevis sebelah tengah
c.       Muskulus abductor longis sebelah luar
Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut muskulus abduktor femoralis. Fungsinya menyelenggarakan abduksidari femur.
2.      Muskulus eksentor ( qudriseps femoris)
Atau otot berkepala empat, yang terdiri dari:
a.       Muskulus rektus femoralis
b.      Muskulus vastus lateralis eksternal
c.       Muskulus vastus medialis internal
d.      Muskulus vastus intermedial
e.       Otot fleksor femoris, yang terdapat dibagian belakang paha yang terdiri dari :
·         Biseps femoris ( otot berkepala 2), yang fungsinya membengkokkanpaha dan meluruskan tungkai bawah
·         Muskulus semi membranous (otot seperti selaput), yang fungsinya membengkokkan tungkai bawah
·         Muskulus semi membranous (otot seperti urat), yang fungsinya membengkokkan urat bawah serta memutar kedalam
·         Muskulus Sartorius (otot penjahit), yang fungsinya eksorotasi femur yang memutarkeluar pada waktu lutut mengetul, serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkokan keluar.

5.      Otot tungkai bawah


Gambar 2.4 : Otot tungkai bawah

Terdiri dari:
1.      Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior, fungsinya mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokan kaki
2.      Muskulus eksensor talangos longus, yang fungsinya malurus kan jari telunjuk ketengahan jari, jari manisdan kelingking kaki
3.      Otot jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki
4.      Urat arkiles (tendo arkhiles) yang fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit dan membengkokan tungkai bawah lutut.
5.      Otottulang betis belakang ( muskulus tibialis posterior), fungsinya dapat  membengkokan kaki di sendi tumit dan telapak kaki sebelah kedalam
6.      Otot kedang jari bersama, fungsinya dapat meluruskan jari kaki ( muskulus ekstensor falangus). (Setiadi.2007)
Bagian-bagian otot pembentuk tubuh manusia, antara lain:
a.       Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot.
b.      Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada.
c.       Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
d.      Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang atau filamen halus yang berasal dari miofibril. Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :
1.   Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos).
2.   Miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot     rangka/otot lurik).
Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.

2.3. Jenis-jenis dan Struktur Otot
Terdapat 3 jenis otot yang ditemukan pada vertebrata, yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos. Bila diteliti di bawah mikroskop, pada otot jantung dan otot rangka terlihat adanya garis-garis dan disebut otot lurik, sedang otot polos tidak ditemukan adanya garis-garis atau pun garisnya sangat halus, oleh karena itu disebut otot polos (Irianto Kus: 2004).
a.      Jaringan Otot Polos
Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan homogen. Otot polos mempunyai bentuk sel seperti gelendong, bagian tengah besar, dan ujungnya meruncing. Dalam setiap sel otot polos terdapat satu inti sel yang terletak di tengah dan bentuknya pipih.
Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar) sehingga disebut otot involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom. Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot polos terdapat pada alat-alat tubuh bagian dalam sehingga disebut juga otot visera. Misalnya pada pembuluh darah, pembuluh limfa, saluran pencernaan, kandung kemih, dan saluran pernapasan. Otot polos berfungsi memberi gerakan di luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah dan gerakan pupil mata. Struktur otot polos dapat Anda amati pada Gambar 2.1.

Gambar 2.5. Otot Polos
b.      Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka
Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel atau serabut otot lurik berbentuk silindris atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah lelah. Otot lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka tubuh, misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir, kelopak mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan tulang dan tubuh.

Gambar 2.6. Otot Lurik

c.       Jaringan Otot Jantung
Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah sarkoplasma. Otot jantung bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop.

Gambar 2.7. Otot Jantung

2.4. Fungsi Otot
Otot dapat berkontraksi bila ada rangsangan yang berangkai. Bila rangsangan diberikan pada otot sewaktu berkontraksi, maka kontraksi otot akan bertambah besar. Keadaan ini disebut sumasi. Bila rangsangan diberikan terus menerus, maka kontraksi mendatar. Otot dikatakan berfungsi bila otot tersebut menjadi pendek dan diameternya membesar.
Ditinjau dari fungsinya, maka otot-otot tersebut dibedakan atas beberapa macam, yaitu:
a.       Otot fleksor, untuk membengkokkan bagian tubuh.
b.      Otot ekstensor, untuk merentangkan atau meluruskan.
c.       Otot rotator, untuk memutar bagian tubuh.
d.      Otot aduktor, untuk mendekatkan anggota badan ke sumbu badan.
e.       Otot defresor, untuk menurunkan anggota badan.
f.       Otot dilatator, untuk melebarkan.
g.      Otot konstriktor, untuk menyempitkan anggota badan.
h.      Otot sinergis, otot ini bekerjanya bersama-sama untuk satu arah yang sama.
i.        Otot antagonis, otot ini bekerjanya berlawanan arah.
j.        Otot lepator, untuk menaikkan anggota badan.
k.      Otot supinasi, untuk memutar telapak tangan dan menerima.
l.        Otot pronasi, untuk memutar telapak tangan tertelungkup.

2.5. Sifat-sifat Otot
Tulang adalah alat gerak pasif, sedangkan otot adalah alat gerak aktif. Otot tidak hanya menggerakkan rangka, tetapi juga menggerakkan organ-organ tertentu dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan lambung. Kerja otot juga mengakibatkan membesar dan mengecilnya rongga dada,tempat paru-paru berada.
Adapun sifat-sifat otot, antara lain:
1.   Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
2.   Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
3.   Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula (Datu Razak: 2004).

Gambar 2.8. Dengan adanya otot, tulang-tulang dapat digerakkan.

2.6  Sifat Kerja Otot
Sifat kerja otot dibedakan menjadi dua, yaitu :
A.    Antagonis
 Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan. Jika otot pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan menyebabkan tulang tertarik atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama berelaksasi dan yang kedua berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot bisep dan trisep. Otot bisep adalah otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki tiga jung (tiga tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot bisep berelaksasi.  
Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan, contohnya adalah:
1.      Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot bisep.
2.      Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3.      Depresor (ke bawah) dan adduktor (ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan menengadah.
4.      Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup. 
B. Sinergis
Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang menyebabkan telapak tngan menengadah atau menelungkup).
   Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama – sama dengan tujuan yang sama. Jadi, otot – otot itu berkontraksi bersama dan berelaksasi bersama. Misalnya, otot – otot antar tulang rusuk yang bekerja bersama ketika kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu otot yang menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup. Gerakan pada bagian tubuh, umumnya melibatkan kerja otot, tulang, dan sendi. Apabila otot berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang dilekatinya sehingga tulang tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya. 
 Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan memendek, mengeras, dan bagian tengahnya menggembung. Karena memendek, tulang yang dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya mampu untuk menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi. Namun relaksasi otot ini saja tidak cukup. Tulang harus ditarik ke posisi semula. Oleh karena itu, harus ada otot lain yang berkon traksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja berbeda. Berdasarkan tujuan kerjanya tadi, otot dibedakan menjadi otot antagonis dan otot sinergis.  

2.6   Mekanisme Terjadinya Gerak pada Otot

Gambar 2.9. Mekanisme Kontraksi Otot

Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk menggerakan otot biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan yang berurutan. Rangsangan pertama akan diperkuat oleh rangsangan kedua, rangsangan kedua akan diperkuat oleh rangsangan ketiga, dan begitu seterusnya. Maka dengan demikian akan terjadi tonus, atau ketegangan, yang maksimum. Tiap rangsangan yang diberikan akan menimbulkan potensi aksi, yang akan menghasilkan kontraksi otot tunggal pada serabut otot. Jika setelah berkontraksi otot tersebut mencapai relaksasi penuh, kemudian potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi tunggal yang kekuatanya sama dengan kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi aksi yang kedua diberikan saat otot belum mencapai relaksasi penuh dari relaksasi pertama akan terjadi kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan penjumlahan kontraksi. bila otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, tetapi masih ada relaksasi diantara dua rangsangan, akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus tidak sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi diantara kedua rangsangan, akan terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna.
Dalam sistem mekanisme kerja otot, komponen yang berperan dalam kontraksi otot adalah duat set filamen, yaitu filamen aktin yang tipis dan filamen miosin yang tebal. Kedua jenis filamen tersebut menyusun sebuah serabut otot. Setiap serabut otot diatur sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer. Sarkomer ini yang membuat penampakan bergaris atau lurik pada otot rangka atau otot jantung. Sarkomer terdiri dari beberapa daerah. Ujung tiap sarkomer disebut garis Z; terdapat daerah gelap yang disebut daerah A yang hanya terdiri dari filamen miosin, berselang seling dengan daerah terang yang disebut daerah I yang hanya terdiri dari aktin; ditepi daerah A filamin aktin dan miosin saling tumpang tindih; sedangkan daerah tengah hanya terdiri dari miosin yang terdiri dari zona H; filamen aktin terikat; filamen miosin terikat pada garis M di bagian tengah sarkomer.
Saat kontraksi filamen aktin bergeser di antara miosin kedalam zona H, Sehingga serabut otot memendek. Panjang pita A tetap, sedangkan pita I dan zona H menjadi lebih pendek. Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu miosin yang tersusun secara pararel. Ujung miosin mengikat ATP kemudian mengubahnya menjadi ADP, melepaskan beberapa energi ke miosin yang kemudian berubah bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin berenergi tinggi tersebut berikatan dengan aktin dengan kedudukan tertentu yang akan membentuk jembatan silau. Lalu energi yang terdapat pada miosin dilepaskan, dari ujung miosin beristirahat dengan energi rendah. Keadaan inilah yang dinamakan relaksasi. Relaksasi tersebut, mengubah sudut perlekatan yang sebelumnya ada di ujung miosin menjadi di ekor miosin. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin akan terpecah saat molekul ATP baru bergabung dengan ujung miosin. Kemudian proses kontraksi akan terjadi lagi berulang membentuk siklus.



2.7. Kelainan-kelainan pada Otot
Kelainan-kelainan otot, antara lain sebagai berikut:
1.   Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
2.   Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat kronis pada otot anak-anak.
3.   Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
4.   Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan menyebabkan usus melorot masuk ke rongga perut.
5.   Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau kejang.
6.   Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena bakteri tetanus.
7.   Keseleo, tertariknya tendon didaerah persendian dan jika terlalu keras bisa menyebabkan putusnya otot.
8.   Nyeri otot , aliran darah yang terhambat sehingga menyebabkan peredaran darah tidak lancer. (Vander J. Arthur: 1986).




BAB III
PENUTUP

1.      Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya.
2.      Sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi pendek.
3.      Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh.
4.      Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung dan usus. Otot Lurik (otot rangka). Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel.
5.      Sifat-sifat otot, antara lain:
a.       Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b.      Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
c.       Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
6.      Kelainan-kelainan pada otot, antara lain: a. Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh. b. Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat kronis pada otot anak-anak. c. Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan. d. Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan menyebabkan usus melorot masuk ke rongga perut. e. Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau kejang. f. Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena bakteri tetanus.



DAFTAR PUSTAKA

Arthur J. Vander (1986). Human Physiology, 4th ed. Mc Graw: Hill Internasional Editions.

Razak. Datu (2004). Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Unhas. Jakarta: Gitamedia.

Kus. Irianto (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Gramedia: Jakarta.

Setiadi.2007.Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta. Graham Ilmu

Syaifuddin (1997). Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

Wulangi. S Kartolo (2000). Prinsip-prinsip Fisiologi Manusia. DepDikBud: Bandung





LAMPIRAN

1.      Apakah yang dimaksud dengan jaringan otot?
Jawab:
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya.
2.      Sebutkan jenis-jenis pada otot?
Jawab:
            Jenis-jenis pada otot, antara lain:
a.       Otot polos.
b.      Otot lurik/ otot rangka.
c.       Otot jantung.
3.      Tuliskan kelainan-kelainan pada otot?
Jawab:
            Kelainan-kelainan pada otot, antara lain:
a.       Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
b.      Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat kronis pada otot anak-anak.
c.       Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
d.      Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan menyebabkan usus melorot masuk ke rongga perut.
e.       Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau kejang.
f.       Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena bakteri tetanus.
4.      Sebutkan sifat-sifat pada otot?
Jawab:
            Sifat-sifat pada otot, antara lain:
a.       Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b.      Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
c.       Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula